Selasa, 07 Mei 2013

Model pengembngan instruksional menurut Bella H. Banathy.


By : irvan abasya
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
B.    Rumusan masalah
a.      Pengertian sistem dasar instruksional.
b.     pengertian model-model sistem instruksional.
c.      Kegunaan sistem dasar instruksional dalam pembelajaran.
d.     Model pengembngan instruksional menurut Bella H. Banathy.

C.    Tujuan Makalah
a.      Sebagai tugas makalah mata kuliah .
b.     Menjelaskan pengertian model-model sistem instruksional.
c.      Menjelaskan tentang pengertian sistem dasar instruksional .
d.     Menjabarkan Kegunaan sistem dasar instruksional dalam pembelajaran.
e.      Menjelaskan tentang Model pengembangan .
Sistem instruksional menurut Bella H. Banathy.

D.    Metode penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini adalah metode kepustakaan dan pengumpulan bahan gambaran – gambaran teori yang berkaitan dengan masalah sehingga bisa dijabarkan secara jelas dan dapat dimengerti.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian sistem dasar instruksional
B.    pengertian model-modeel dasar sistem instruksional
C.    Model pengembngan instruksional menurut Bella H. Banathy

BAB II
PENUTUP
A.     Kesimpulan







A.    LATAR BELAKANG
 Mengajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks.Tidak setiap orang pun, yang pernah mengurus 20 orang anak yang berbeda-beda di kelas-kelas SD atau SL, dapat membantah pernyataan itu.
Mengajar merupakan pekerjaan professional yang tidak bisa lepas dari berbagai macam problema, apalagi yang dihadapi masyarakat yang dinamis. Guru sebagai pendidik dan pengajar dalam melaksanakan tugasnya sering menemukan problema-problema yang dari waktu kewaktu selalu berbeda, apalagi bila dihubungkan dengan keperluan perorangan atau kemasyarakatan, maka keaneaan problematika tersebut makin luas. Sabenarnya problematika tersebut datang dari implikasi dinamika masyarakat itu sendiri, yaitu menunjukkan hidup manusia menuntut kemajuan-kemajuan yang perlu dipenuhi oleh masyarakat itu sendiri. Akan tetapi problema yang menuntut kepada penelitian yang cermat mengenai sumber-sumber penyebabnya dan akibat-akibat apa yang akan timbul bila tidak terselesaikan.
Oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya, guru mempunyai banyak problema yang terkait dengan anak didik, kurikulum, metode pengajaran, dan tuntutan umum yang lainnya.Dari berbagai dinamika dan problem-problem diatas, guru masih dituntut untuk bersikap professional, walaupun tidak didukung dengan sarana yang layak, jadi disini kerja guru ekstra atau harus bekerja secara optimal.
Pengembangan sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu bentuk pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
Namun demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan instruksional ini dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan yang berbeda-beda pula. Sebutan itu di antaranya adalah: pengembangan instruksional, desain instruksional, pengembangan sistem instruksional, pengembangan program instruksional, pengembangan produk instruksional, pengembangan organisasi, dan pengembangan kemampuan mengajar. Tetapi istilah populer yang lazim digunakan adalah “pengembangan instruksional (pembelajaran), yang merupakan padanan dari istilah “instructional development”.Istilah yang disebutkan terakhir ini adalah merupakan istilah resmi yang dibakukan oleh organisasi profesi AECT (Association for Educational Communication and Technology) di Amerika Serikat.
Dalam operasionalnya pengembangan sistem intruksional ini dapat dilaksanakan untuk jangka pendek maupun jangka panjang; dapat dilaksanakan untuk satu topik sajian, satu periode latihan, satu semester, satu bidang studi, atau bahkan satu sistem yang lebih besar lagi.
Atas dasar itulah Gustafson (dalam Sadiman, 1986:13) membedakan adanya tingkatan atau level pengembangan sistem instruksional, yakni: (a) tingkatan kelas, (b) tingkatan sistem, (c) tingkatan produk, dan (d) tingkatan organisasi. Setiap tingkatan tersebut memiliki fungsi dan model-model yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Di Indonesia, pengembangan sistem pembelajaran merupakan hal yang relatif baru. Pertama kali digunakan pada tahun 1972 oleh Badan Pengembangan Pendidikan (sekarang: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan) dengan nama populernya PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional). Bahkan perguruan tinggi kita baru mengenal dan menggunakan model pengembangan sistem instruksional ini pada tahun 1976.Sejak saat itu pengembangan dan penggunaan model-model pengembangan sistem intruksional sangat berkembang pesat sampai saat ini.

A. Pengertian Sistem Instruksional
Model sistem instruksional adalah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang sering dipakai oleh banyak tenaga pengajar, model instruksional yaitu suatu model yang terdiri atas empat komponen yang secara hakiki berbeda satu sama lainnya, model ini menitikberatkan pembuatan keputusan intelektual oleh guru sebelum dan sesudah pengajaran dan oleh karenanya, sebenarnya lebih berupa suatu model perencanaan dan penilaian dari suatu model “prosedur mengajar” pertama menentukan tujuan-tujuan instruksional secara spesifik dalam bentuk perilaku siswa.
Kedua mengadakan penilaian pendahuluan terhadap keadaan siswa pada saat ini dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan instruksional tersebut. Dan ketiga menilai pencapaian tujuan-tujuan tersebut oleh siswa.
B.  Pengertian Model Intruksional
Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewu¬judkan suatu proses, seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi". (Briggs, 1978, p. 23). Sedangkan Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional systems development) dan disain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara "disain" dan "pengembangan". Kata "disain" berarti "membuat sketsa atau pola atau outline atau ren¬cana pendahuluan".Sedang "mengembangkan" berarti "membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya." Beberapa definisi yang menunjukkan persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut:
a.       Pengembangan sistem istruksional adalah suatu proses sedara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979, p.4).
b.      Sistem instruksional adalah semua materi pelajarari dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker; 1971, p: 16).
c.       Disain instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengem-bangan paket pelajaran, kegiatan menga-jar, uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979, p. 20).
d.      Disain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan instruksional. Semua komponen sistem ini (tujuan, materi, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lain dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut terlebih dulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979, p. XXI).
Sesuai dengan pengertian tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan model pengembangan sistem instruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem instruksional.

      Model-Model Pengembangan System Intruksional
model pengembangan instruksional, antara lain pengembangan instruksional model Banathy :
1.      Model Bela H. Banathy
Pengembangan Instruksional model Banathy ini dapat diinformasikan dalam enam langkah sebagai berikut:
  merumuskan tujuan (Formulate objectives)
  mengembangkan test (develop test)
  menganalisis kegiatan belajar (analyze learning task)
  mendesain struktur instruksional (design system)
  melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (Implement and test output)
  mengadakan perbaikan (change to improve)
C.MODEL PERENCANAAN BELA H. BANATHY
Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H. Banathy. Model yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil pembelajaran, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem, yakni pendekatan yang didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang satu sama lain harus bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Model pengembangan system pembelajaran ini berorientasi pada tujuan pembelajaran. Langkah-langkah pengembangan system pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan system (system approach), yang mencakup keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam system.
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan (formulate objectives)
2. Mengembangkan tes (develop test)
3. Menganalisis tugas belajara (analyzing learning task)
4. Mendesain sistem pembelajaran (design system)
5. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output)
6. Melakukan perubahan untuk perbaikan (change to improve)
Komponen-komponen/ langkah-langkah pengembangan tersebut di uraikan lebih lanjut di sub bab nomer 3.
1.      Kelebihan dan Kekurangan Model Perencanaan Bela H. Banathy
Setiap model pembelajar pasti ada kelebihan dan kelemahan masing masing. Dalam modelpembelajaran ini kelompok kami menyimpulkan beberapa kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
A.    Kelebihan
Model Bela H. Banathy ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut :
a.       Menganalisis dan merumuskan tujuan dengan baik, baik tujuan umum maupun tujuan khusus yang lebih spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai peserta didik.
b.      Mengembangkan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai Hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat untuk menilai keberhasilannya.
c.       Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa yang harus dipelajari (kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar). Kemampuan awal siswa harus dianalaisis atau dinilai agar mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai.
d.      Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi. Jadi model ini didasarkan pada hasil test peserta didik.
e.       Langkah – langkahnya yang hanya sedikit sehingga kita bisa lebih efektif untuk membuatnya.
B.     Kelemahan
Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh model perencanaan Bela H. Banathy ini antara lain:
a.       Sedikit langkah sehingga di khawatirkan akan tidak effesien.
b.      Model cenderung lebih fokus pada materi yang belum dikuasai oleh anak didik sehingga mengabaikan materi yang sudah di pelajari yang bisa lupa apabila tidak pernah di kaji ulang.
C.     Implementasi Langkah - Langkah Model Perencanaan Bela H. Banathy
Dalam bab I tadi sudah di terangkan bahwa dalam model Bela H.Banathy ini ada enam langkah. Langkah-langkah Pengembangan desain pembelajaran dilakukan melalui 6 langkah pengembangan sebagai berikut :
1.      Merumuskan tujuan (formulate objectives)
Langkah pertama ini merupakan sesuatu pernyataan yang menyatakan apa yang kita harapkan dari mahasiswa untuk dikerjakan, diketahui, dan dirasakan sebagai hasil dari pengalaman belajarnya.
2.      Mengembangkan tes (develop test)
Dalam langkah ini dikembangkan suatu tes yang didasarkan atas tujuan yang diinginkan dan digunakan untuk mengetahui kemampuan yang diharapkan dicapai sebagai hasil dari pengalaman belajarnya.
3.      Menganalisis tugas belajar (analyzing learning task)
Dalam langkah ini dirumuskan apa yang harus dipelajari sehingga dapat menunjukan tingkah laku seperti yang digambarkan dalam tujuan yang telah dirumuskan. Dalam kegiatan ini, kemampuan awal mahasiswa harus juga dianalisis atau dinilai karena mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka ketahui atau kuasai.
4.      Mendesain sistem pembelajaran (design system)
Dalam langkah ini ditetapkan jadwal dan tempat pelaksanaan dari masing- masing komponen instruksional. Seluruh komponen instruksional yang telah dirumuskan perlu ditetapkan sebagai suatu sistem pengajaran. Setelah itu perlu dipertimbangkan alternatif – alternatif dan identifikasi apa yang harus dikerjakan untuk menjamin bahwa mahasiswa akan menguasai kegiatan –kegiatan yang telah dianalisis pada langkah ketiga ( hal ini di sebut oleh Banathy dengan istilah “Function analysis”). Juga perlu ditentukan siapa atau apa yang mempunyai potensi paling baik untuk mencapai fungsi – fungsi tersebut (disebutnya “component analysis”). Perlu ditentukan pula kapan dan dimana fungsi – fungsi tersebut harus dilaksanakan(disebut “design of the system”).
5.      Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test out put)
Dalam langkah ini, sistem yang sudah di desain, sekarang dapat di uji cobakan atauo di tes dan dilaksanakan atau dikerjakan mahasiswa sebagai hasil implementasi sistem, harus dinilai agar dapat diketahui seberapa jauh mereka telah menunjukan tingkah laku seperti yang dimaksudkan dalam rumusan tujuan.
6.      Mengadakan perbaikan (change to improve)
7.      Hasil – hasil yang diperoleh dari evaluasi kemudian merupakan umpan balik (feed back) untuk keseluruhan sistem sehingga perubahan – perubahan, jika diperlukan, dapat dilakukan untuk memperbaiki sistem intruksional.
Kendatipun 6 komponen tersebut tampaknya sangat sederhana, namun untuk mengembangkan rancangan system pembelajaran model ini memerlukan kemampuan akademik yang cukup tinggi serta pengalaman yang memadai serta wawasan yang luas. Selain dari itu, proses pengemabnagan suatu system menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah, administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat diterapkan dalam system sekolah.




BAB II
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pengembangan sistem pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sistematis dalam menilai, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mengembangkan serta menggunakan komponen-komponen sistem pembelajaran (peserta didik, tujuan, materi, media, metode, dan evaluasi) demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2.      Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewu¬judkan suatu proses, seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi". (Briggs, 1978, p. 23)
3.      Model – Model pengembangan instruksional, antara lain pengembangan instruksional model Bela H.Banathy














DAFTAR PUSTAKA

Popham W James, dkk. 2003. Teknik Mengajar Secara sistematis. Rineka cipta. Jakarta.
http://aminhidayatcenter.blogspot.com/2012/01/model-pengembangan-instruksional.html
http://satriadholan.blogspot.com/2011/04/model-model-pengembangan-sistem.html
http://wulandhary.blogspot.com/2012/05/model-pengembangan-sistem-instruksional.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar