By : irvan abasya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
masalah
a. Pengertian
sistem dasar instruksional.
b. pengertian model-model sistem instruksional.
c. Kegunaan
sistem dasar instruksional dalam pembelajaran.
d. Model
pengembngan instruksional menurut Bella H. Banathy.
C. Tujuan
Makalah
a. Sebagai
tugas makalah mata kuliah .
b. Menjelaskan pengertian model-model sistem instruksional.
c. Menjelaskan
tentang pengertian sistem dasar instruksional .
d. Menjabarkan
Kegunaan sistem dasar instruksional dalam pembelajaran.
e. Menjelaskan
tentang Model pengembangan .
Sistem instruksional menurut Bella H.
Banathy.
D. Metode
penulisan
Metode penulisan
dalam makalah ini adalah metode kepustakaan dan pengumpulan bahan gambaran –
gambaran teori yang berkaitan dengan masalah sehingga bisa dijabarkan secara
jelas dan dapat dimengerti.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
sistem dasar instruksional
C. Model
pengembngan instruksional menurut Bella H. Banathy
BAB
II
PENUTUP
A. Kesimpulan
A. LATAR BELAKANG
Mengajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks.Tidak
setiap orang pun, yang pernah mengurus 20 orang anak yang berbeda-beda di
kelas-kelas SD atau SL, dapat membantah pernyataan itu.
Mengajar merupakan pekerjaan professional yang tidak bisa
lepas dari berbagai macam problema, apalagi yang dihadapi masyarakat yang
dinamis. Guru sebagai pendidik dan pengajar dalam melaksanakan tugasnya sering
menemukan problema-problema yang dari waktu kewaktu selalu berbeda, apalagi
bila dihubungkan dengan keperluan perorangan atau kemasyarakatan, maka keaneaan
problematika tersebut makin luas. Sabenarnya problematika tersebut datang dari
implikasi dinamika masyarakat itu sendiri, yaitu menunjukkan hidup manusia
menuntut kemajuan-kemajuan yang perlu dipenuhi oleh masyarakat itu sendiri.
Akan tetapi problema yang menuntut kepada penelitian yang cermat mengenai
sumber-sumber penyebabnya dan akibat-akibat apa yang akan timbul bila tidak
terselesaikan.
Oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya, guru mempunyai
banyak problema yang terkait dengan anak didik, kurikulum, metode pengajaran,
dan tuntutan umum yang lainnya.Dari berbagai dinamika dan problem-problem
diatas, guru masih dituntut untuk bersikap professional, walaupun tidak
didukung dengan sarana yang layak, jadi disini kerja guru ekstra atau harus
bekerja secara optimal.
Pengembangan sistem pembelajaran (instruksional) merupakan
salah satu bentuk pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam
rangka pembaharuan sistem pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat
lebih serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan
produktivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
Namun demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan
instruksional ini dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan
yang berbeda-beda pula. Sebutan itu di antaranya adalah: pengembangan
instruksional, desain instruksional, pengembangan sistem instruksional,
pengembangan program instruksional, pengembangan produk instruksional,
pengembangan organisasi, dan pengembangan kemampuan mengajar. Tetapi istilah
populer yang lazim digunakan adalah “pengembangan instruksional (pembelajaran),
yang merupakan padanan dari istilah “instructional development”.Istilah yang
disebutkan terakhir ini adalah merupakan istilah resmi yang dibakukan oleh organisasi
profesi AECT (Association for Educational Communication and Technology) di
Amerika Serikat.
Dalam operasionalnya pengembangan sistem intruksional ini
dapat dilaksanakan untuk jangka pendek maupun jangka panjang; dapat
dilaksanakan untuk satu topik sajian, satu periode latihan, satu semester, satu
bidang studi, atau bahkan satu sistem yang lebih besar lagi.
Atas dasar itulah Gustafson (dalam Sadiman, 1986:13)
membedakan adanya tingkatan atau level pengembangan sistem instruksional,
yakni: (a) tingkatan kelas, (b) tingkatan sistem, (c) tingkatan produk, dan (d)
tingkatan organisasi. Setiap tingkatan tersebut memiliki fungsi dan model-model
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Di Indonesia, pengembangan sistem pembelajaran merupakan hal
yang relatif baru. Pertama kali digunakan pada tahun 1972 oleh Badan
Pengembangan Pendidikan (sekarang: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
dan Kebudayaan) dengan nama populernya PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional). Bahkan perguruan tinggi kita baru mengenal dan menggunakan
model pengembangan sistem instruksional ini pada tahun 1976.Sejak saat itu
pengembangan dan penggunaan model-model pengembangan sistem intruksional sangat
berkembang pesat sampai saat ini.
Model sistem instruksional adalah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang sering dipakai oleh banyak tenaga pengajar, model instruksional yaitu suatu model yang terdiri atas empat komponen yang secara hakiki berbeda satu sama lainnya, model ini menitikberatkan pembuatan keputusan intelektual oleh guru sebelum dan sesudah pengajaran dan oleh karenanya, sebenarnya lebih berupa suatu model perencanaan dan penilaian dari suatu model “prosedur mengajar” pertama menentukan tujuan-tujuan instruksional secara spesifik dalam bentuk perilaku siswa.
Kedua mengadakan penilaian pendahuluan terhadap keadaan siswa pada saat ini dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan instruksional tersebut. Dan ketiga menilai pencapaian tujuan-tujuan tersebut oleh siswa.
B. Pengertian Model Intruksional
Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk
mewu¬judkan suatu proses, seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media,
dan evaluasi". (Briggs, 1978, p. 23). Sedangkan Istilah pengembangan
sistem instruksional (instructional systems development) dan disain
instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau
setidak-tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun
menurut arti katanya ada perbedaan antara "disain" dan "pengembangan".
Kata "disain" berarti "membuat sketsa atau pola atau outline
atau ren¬cana pendahuluan".Sedang "mengembangkan" berarti
"membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih
baik, lebih efektif, dan sebagainya." Beberapa definisi yang menunjukkan
persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan sistem
istruksional adalah suatu proses sedara sistematis dan logis untuk mempelajari
problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji
validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979, p.4).
b. Sistem instruksional adalah
semua materi pelajarari dan metode yang telah diuji dalam praktek yang
dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker; 1971, p:
16).
c. Disain instruksional
adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta
pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengem-bangan paket pelajaran, kegiatan
menga-jar, uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs,
1979, p. 20).
d. Disain sistem instruksional
ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana
serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan instruksional. Semua komponen
sistem ini (tujuan, materi, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama
lain dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen
tersebut terlebih dulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan
penggunaannya (Briggs, 1979, p. XXI).
Sesuai dengan pengertian tersebut di atas, maka yang
dimaksud dengan model pengembangan sistem instruksional adalah seperangkat
prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem instruksional.
Model-Model Pengembangan
System Intruksional
model pengembangan instruksional, antara lain pengembangan
instruksional model Banathy :
1. Model Bela H. Banathy
Pengembangan Instruksional model Banathy ini dapat
diinformasikan dalam enam langkah sebagai berikut:
merumuskan tujuan (Formulate objectives)
mengembangkan test (develop test)
menganalisis kegiatan belajar (analyze learning
task)
mendesain struktur instruksional (design system)
melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (Implement
and test output)
mengadakan perbaikan (change to improve)
C.MODEL
PERENCANAAN BELA H. BANATHY
Model Banathy dikembangkan pada tahun
1968 oleh Bela H. Banathy. Model yang dikembangkannya ini berorientasi pada
hasil pembelajaran, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem,
yakni pendekatan yang didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar
merupakan suatu hal yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang
satu sama lain harus bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil yang
sebaik-baiknya.
Model pengembangan system pembelajaran
ini berorientasi pada tujuan pembelajaran. Langkah-langkah pengembangan system
pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain ini bertitik tolak
dari pendekatan system (system approach), yang mencakup keenam komponen
(langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada langkah terakhir para pengembang
diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta suatu
desain yang diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi guru-guru
di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus dengan
mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam system.
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut :
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan (formulate
objectives)
2. Mengembangkan tes (develop test)
3. Menganalisis tugas belajara
(analyzing learning task)
4. Mendesain sistem pembelajaran
(design system)
5. Melaksanakan kegiatan dan mengetes
hasil (implement and test output)
6. Melakukan perubahan untuk perbaikan
(change to improve)
Komponen-komponen/ langkah-langkah pengembangan tersebut di
uraikan lebih lanjut di sub bab nomer 3.
1.
Kelebihan dan Kekurangan Model Perencanaan Bela H. Banathy
Setiap model pembelajar pasti ada kelebihan dan kelemahan
masing masing. Dalam modelpembelajaran ini kelompok kami menyimpulkan beberapa
kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:
A. Kelebihan
Model Bela H. Banathy ini mempunyai beberapa kelebihan
antara lain sebagai berikut :
a.
Menganalisis dan merumuskan tujuan dengan baik, baik tujuan umum maupun tujuan
khusus yang lebih spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai
peserta didik.
b. Mengembangkan
kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai Hal ini dilakukan
agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat untuk menilai keberhasilannya.
c.
Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa yang harus dipelajari
(kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan
belajar). Kemampuan awal siswa harus dianalaisis atau dinilai agar mereka tidak
perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai.
d.
Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi. Jadi model ini
didasarkan pada hasil test peserta didik.
e.
Langkah – langkahnya yang hanya sedikit sehingga kita bisa lebih efektif untuk
membuatnya.
B. Kelemahan
Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh model perencanaan Bela H. Banathy ini antara lain:
Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh model perencanaan Bela H. Banathy ini antara lain:
a.
Sedikit langkah sehingga di khawatirkan akan tidak effesien.
b. Model
cenderung lebih fokus pada materi yang belum dikuasai oleh anak didik sehingga
mengabaikan materi yang sudah di pelajari yang bisa lupa apabila tidak pernah
di kaji ulang.
C. Implementasi
Langkah - Langkah Model Perencanaan Bela H. Banathy
Dalam bab I tadi sudah di terangkan bahwa dalam model Bela H.Banathy ini ada enam langkah. Langkah-langkah Pengembangan desain pembelajaran dilakukan melalui 6 langkah pengembangan sebagai berikut :
Dalam bab I tadi sudah di terangkan bahwa dalam model Bela H.Banathy ini ada enam langkah. Langkah-langkah Pengembangan desain pembelajaran dilakukan melalui 6 langkah pengembangan sebagai berikut :
1.
Merumuskan tujuan (formulate objectives)
Langkah pertama ini merupakan sesuatu pernyataan yang
menyatakan apa yang kita harapkan dari mahasiswa untuk dikerjakan, diketahui,
dan dirasakan sebagai hasil dari pengalaman belajarnya.
2.
Mengembangkan tes (develop test)
Dalam langkah ini dikembangkan suatu tes yang didasarkan
atas tujuan yang diinginkan dan digunakan untuk mengetahui kemampuan yang
diharapkan dicapai sebagai hasil dari pengalaman belajarnya.
3.
Menganalisis tugas belajar (analyzing learning task)
Dalam langkah ini dirumuskan apa yang harus dipelajari
sehingga dapat menunjukan tingkah laku seperti yang digambarkan dalam tujuan
yang telah dirumuskan. Dalam kegiatan ini, kemampuan awal mahasiswa harus juga
dianalisis atau dinilai karena mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah
mereka ketahui atau kuasai.
4.
Mendesain sistem pembelajaran (design system)
Dalam langkah ini ditetapkan jadwal dan tempat pelaksanaan
dari masing- masing komponen instruksional. Seluruh komponen instruksional yang
telah dirumuskan perlu ditetapkan sebagai suatu sistem pengajaran. Setelah itu
perlu dipertimbangkan alternatif – alternatif dan identifikasi apa yang harus
dikerjakan untuk menjamin bahwa mahasiswa akan menguasai kegiatan –kegiatan
yang telah dianalisis pada langkah ketiga ( hal ini di sebut oleh Banathy
dengan istilah “Function analysis”). Juga perlu ditentukan siapa atau apa yang
mempunyai potensi paling baik untuk mencapai fungsi – fungsi tersebut
(disebutnya “component analysis”). Perlu ditentukan pula kapan dan dimana
fungsi – fungsi tersebut harus dilaksanakan(disebut “design of the system”).
5.
Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test out put)
Dalam langkah ini, sistem yang sudah di desain, sekarang
dapat di uji cobakan atauo di tes dan dilaksanakan atau dikerjakan mahasiswa
sebagai hasil implementasi sistem, harus dinilai agar dapat diketahui seberapa
jauh mereka telah menunjukan tingkah laku seperti yang dimaksudkan dalam
rumusan tujuan.
6.
Mengadakan perbaikan (change to improve)
7. Hasil
– hasil yang diperoleh dari evaluasi kemudian merupakan umpan balik (feed back)
untuk keseluruhan sistem sehingga perubahan – perubahan, jika diperlukan, dapat
dilakukan untuk memperbaiki sistem intruksional.
Kendatipun 6 komponen tersebut tampaknya sangat sederhana,
namun untuk mengembangkan rancangan system pembelajaran model ini memerlukan
kemampuan akademik yang cukup tinggi serta pengalaman yang memadai serta
wawasan yang luas. Selain dari itu, proses pengemabnagan suatu system menuntut
partisipasi pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah, administrator,
supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum yang dihasilkan
sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat diterapkan dalam system
sekolah.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengembangan sistem
pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sistematis dalam menilai,
mendeskripsikan, mengidentifikasi, mengembangkan serta menggunakan
komponen-komponen sistem pembelajaran (peserta didik, tujuan, materi, media,
metode, dan evaluasi) demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Model adalah seperangkat
prosedur yang berurutan untuk mewu¬judkan suatu proses, seperti penilaian suatu
kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi". (Briggs, 1978, p. 23)
3.
Model – Model pengembangan instruksional, antara lain pengembangan
instruksional model Bela H.Banathy
DAFTAR
PUSTAKA
Popham W James, dkk. 2003. Teknik
Mengajar Secara sistematis. Rineka cipta. Jakarta.
http://aminhidayatcenter.blogspot.com/2012/01/model-pengembangan-instruksional.html
http://satriadholan.blogspot.com/2011/04/model-model-pengembangan-sistem.html
http://wulandhary.blogspot.com/2012/05/model-pengembangan-sistem-instruksional.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar